Friday, April 24, 2009

Ban Depan pasang Ban Belakang

Saat ini jika kita memperhatikan ban yang terpasang di sepeda motor keluaran pabrikan alias standar, pola kembangan antara ban depan dan belakang sama persis. Kecenderungan ini diterapkan di sekitar awal tahun 2000. Padahal sebelumnya, pabrikan motor selalu memasang ban depan dengan alur yang berbeda antara ban depan dan belakang.
Dulu, buat roda depan pabrikan terbiasa menerapkan pola garis lurus sejajar putaran roda. Sedang di roda belakang bentuk kembangan cenderung berpola garis lurus melintang.
Dua fakta ini menarik buat dibahas. Pertanyaannya, mengapa pola ban berganti? Jika dulu dibedakan antara depan dan belakang, kenapa sekarang cukup dengan kembangan yang sama?
"Ini terkait dengan perkembangan kebudayaan masyarakat pengguna motor", buka Hermanu, Instruktur mekanik training centre PT Mitra Pinasthika Mustika, main dealer Honda Jatim dan NTT. Maksudnya?
"Dulu pengguna motor tidak merasakan pentingnya bermanuver. Ban belakang dengan kembangan melintang (kotak) dianggap paling baik untuk menyalurkan traksi ke jalan. Sedangkan roda depan cukup dengan alur lurus karena ban depan hanyalah meneruskan gerak dari transfer daya roda belakang."
Lain dulu lain sekarang. Jalanan yang sudah didominasi aspal membuat traksi ban belakang bisa lebih dimaksimalkan dengan kembangan yang cenderung menerapkan pola miring dan lengkung. Tampilan kembangan ban standar kini jauh lebih sporty.
Dengan ban depan yang memasang pola kembangan sama dengan roda belakang tadi, traksi ban depan pun cenderung lebih baik untuk bermanuver. Ini karena alur ban tak melawan gerak kemudi ke kiri atau ke kanan, seperti yang terjadi pada ban beralur lurus.
Nah kelincahan bermanuver ini kini memang jadi kebutuhan pengguna motor. Bahkan jadi salah satu hal yang dipertimbangkan saat memilih motor yang akan dibeli. Lalu lintas padat mudah dilewati dengan motor yang lincah bergerak ke kiri dan kanan.
Lagi pula kini rasanya jalanan banyak dipenuhi tikungan ke kanan dan kiri. Dengan ban beralur miring layaknya ban standar motor era kini, motor pun mudah nurut diajak bermanuver.
Tetapi meski pola kembangan ban depan dan belakang kini rata-rata sama pada motor standar, mesti diingat ukuran ban yang dipakai tetap berbeda. "Depan selalu menggunakan ukuran lebih kecil dari belakang. Ini karena fungsi", lanjut Hermanu seraya sebut motor bebek rata-rata kini mengusung 2.50 atau 70/80 untuk roda depan dan 2.75 atau 80/90 untuk belakang.
Fungsi itu adalah ban belakang harus bisa menyalurkan tenaga mesin ke aspal. Karena motor termasuk penggerak roda belakang, maka ban dengan ukuran lebih besarlah yang dipasang ke pelek buritan. Sedang roda haluan cukup dengan ban berprofil lebih kecil. Gitu.

(Ditulis ulang dari tabloid Otoplus edisi minggu ke empat april 2009).

Gaya Road Race
Di road race kecenderungannya ukuran ban depan dan belakangnya sama. Mekanik cukup menyertai ban ini dengan ukuran pelek yang lebih sempit. Jika lebar rim belakang 1.60 x 17 misalnya, maka lebar rim depan berkisar 1.40 x 17. Salah kaprahnya adalah banyak pengguna motor harian yang menerapkan jurus asal road race ini.
Mengapa di road race nasional profil ban dipertahankan sama? Berbeda dengan penggunaan motor standar yang mementingkan kelincahan di kepadatan lalu lintas, motor road race butuh ban berprofil cukup besar di depan agar selalu punya cukup tapak saat menikung.
Ingat, ketika menikung maka bagian samping dari muka ban lah yang berperan mempertahankan traksi ke aspal. Karena motor road race bisa melintasi tikungan dengan kecepatan tinggi, kontak ban ke aspal pun butuh lebih luas.
Caranya ya lewat penggunaan ban dengan ukuran yang sama dengan ban belakang. Dengan catatan, lebar pelek dipertahankan lebih sempit dari lebar rim belakang. Cara ini diterapkan juga untuk membentuk profil ban.
Rim yang sempit akan menarik bagian samping dari ban sehingga profilnya berubah tampak "mengerucut". Bentuk ini memberikan traksi cukup kecil ketika motor lurus. Tetapi traksi cukup besar ketika menikung.
Bagaimana bila diterapkan di motor harian? "Manuver jadi berat karena "gigitan" ban ke aspal bertambah."
Dan sebagai catatan akhir, lebar rim tak boleh terlalu kecil dibanding lebar idealnya. "Jika rim terlalu sempit buat ban, maka itu sama saja dengan kaki yang kegedean sandal. Gerak kaki pasti terganggu. Kesrimpet bahasa jawanya," senyum Hermanu


(Ditulis ulang dari tabloid Otoplus edisi minggu ke empat april 2009).


Sent from my BlackBerry®
powered by Sinyal Kuat INDOSAT